Artikel Remais

Renungkanlah, sobat..

08.17 REMAIS AL-MARHAMAH 0 Comments



Bismillahirrahmanirrahim..

Setelah sekian banyak tulisan yang menyampaikan tentang kebaikan, ijinkanlah kali ini saya berbagi untuk menyampaikan pembelajaran atas jiwa seorang manusia yang pernah menjadi pendosa.

Seperti biasa dan dari sediakala apa yang saya tuliskan bukan bermaksud menggurui. Karena ketika saya menulis, mata yang pertama kali membaca adalah mata saya. Itu menadakan bahwa Allah memang sengaja untuk menurunkan ilmunya lewat tulisan ini kepada hambaNya, saya yang pertama dan orang-orang setelah saya. Sehingga sebelum orang lain, saya berdoa dan berharap Allah membelajarkan terhadap diri saya terlebih dahulu.

Saya ingin memaparkan realitas di balik fakta bernama masa. Mendengar ceramah dari salah seorang ustadz beliau mengatakan bahwa hal yang tidak akan pernah kembali adalah waktu. Waktu yang telah kita lalui baik atau buruk perbuatan di dalamnya, tidak akan pernah menjadi penghambat. Karena waktu yang Allah berikan tidak akan pernah terulang. Waktu yang terlewatkan hanya akan menjadi sejarah, sejarah yang terkenang maupun terlupakan. Namun demikian, waktu adalah amanah, Allah berikan amanah itu kepada setiap jiwa untuk kebermanfaatan. Sehingga saat waktu telah diberikan akan ada pertanggungjawaban daripadanya.

Awalnya saya hanya merenung, dalam kesendirian 2/3 malam. Teringat materi kultum tarawih tentang 30 Hari ramadhan itu Allah berikan sebuah kemualian bagi setiap hambanya yang bertaqwa, bahwa 10 hari pertama Allah berikan Rahmat. 10 Hari kedua Allah berikan maghfirah (ampunan atas segala dosa), dan 10 hari ketiga hambanya akan dijauhkan dari api neraka.

Ketertarikan tertuju pada 10 hari kedua, saat Allah menganugrahkan kepada hambaNya yang bertaqwa ampunan atas segala dosa. Dosa memang tak dapat lepas dari sosok manusia, selain para Nabi yang memang telah dijamin setiap perbuatannya, kiranya setiap manusia ini pernah berlaku dosa. Entah yang masih dimiliki ataupun yang telah Allah hapuskan dari dalam diri dan jiwanya.

Coba renungkan tentang dosa yang pernah kita lakukan, memang sepertinya perjalanan hidup adalah bentangan waktu yang begitu lama. Dan dari kelamaan itu terkandung dosa yang bahkan mungkin kita tak sanggup untuk mengingatnya. Dosa kecil, dosa besar, dosa yang disengaja ataupun yang tak disengaja, dosa melanggar perintahNya atau bahkan melakukan apa yang dilarangNya, dosa mengambil yang bukan hak, dosa kepada kedua orang tua, dosa berbohong, dosa mencuri, dosa membunuh, dosa berzina, dosa kufur atau bahkan dosa ketundukan selain daripadaNya.

Rasanya Allah terlalu baik kali ini, tanpa diminta Allah tutup semua aib. Lantas bayangkan saat Allah tak menutupi Aib kita, berapa orang yang akan sudi memandangkan matanya kepada kita? MasyaAllah...

Belajar dari jiwa-jiwa yang pernah gagal, mengapa tidak? Al-Qur'an juga mengisahkan orang-orang gagal dan pendosa yang berhasil melesatkan dirinya jadi pribadi paling mulia?

Musa pernah membunuh orang. Yunus bahkan sempat lari dari tugas risalah yang seharusnya dia emban. Adam juga. Dia gagal dalam ujian untuk tak mendekat pada pohon yang diharamkan baginya. Bahkan Nabi Muhammada SAW pun pernah burmuka masam dan berpaling saat Abdullah bin Ummi Maktum seorang sahabat buta meminta beliau mengajarkan Al qur'an kepadanya.

Tapi doa sesalnya diabadikan Al Quran. Terkagum hati ini membacanya “Rabb Pencipta kami, telah kami aniaya diri sendiri. Andai Kau tak sudi mengampuni dan menyayangi, niscaya jadilah kami termasuk mereka yang rugi-rugi.” Terlepas mereka adalah yang terpilih mereka pun pernah menjadi pendosa, namun sejarah menulisakan bahwa penyikapan atas masalah mentakdirkan mereka menjadi tauladan.


Hal nya do'a yang mereka lantuntan, menjadi orang yang merugi saat Allah tak mengampuni dan menyayangi.

Bukankah Al-Qur'an selalu menuliskan di akhir ayat dengan kalimat yang jelas "mereka termasuk orang-orang yang beruntung". Karena dengan keberuntungan Allah ilhamkan dalam jiwa setiap pendosa rasa marah, rasa kecewa, rasa sesal dan rasa sedih. Hingga datang waktu dimana jiwa-jiwa itu tersungkur dalam sajadah, bersujud dengan air mata, mohon ampun atas segala dosa dan berjanji tak akan pernah mengulangi lagi. Lantunan penuh sesal dan pengharapan agara Allah jadikan hamba yang beruntung.

Dalam doa, suara itu mengarah ke bumi namun terdengar jauh sampai ke langit. Hingga saat sang Maha Pengampun itu berikan ijin atasnya. Langit dan seluruh yang ada di hamparannya seolah berkata, "bertaubatlah, karena dengan kesungguhan Allah ampuni segala dosamu".

Yaa Allah teguhkanlah jiwa-jiwa pendosa yang ingin kembali ke jalanMu, karena memang seperti inilah HambaMu, seonggok daging yang mudah berbuat salah dan lupa. Sesosok manusia sebagai tempatnya salah dan lupa. Kuatkanlah iman kami, tancapkanlah kesungguhan didalam hati kami. Sayangilah kami dan karuniakanlah kepada kami ampunan atas segala dosa.

Biarkanlah kelamnya masa lalu itu menjadi saksi, karena kesalahan pernah kami perbuat. Hingga kami sadar bahwa ada jalan kebenaran di sisi sebelahnya, agar kami senantiasa beriman dan tak kembali terpuruk dalam jiwa pendosa.

yaa buqollibal qullub, tsabit qolbii 'alaa diinik...

0 komentar: